Tradisi Ngapem Keraton Yogyakarta | TradisiKita - Yogyakarta mempunyai dongeng unik dan menarik untuk kita ketahui. Mulai dari keindahan alam, watak istiadat dan tentu saja tradisi masyarakatnya.
Salah satu tradisi yang dilakukan secara turun menurun yang hingga dikala ini masih dipertahankan yaitu Tradisi Ngapem. Namun Tradisi Ngapem atau tradisi apeman ini tidak dilakukan oleh masyarakat biasa, melainkan oleh keluarga Keraton Yogyakarta.
Nah, ingin tau bukan Sobat? Seperti apakah Tradisi Ngapem ini? mari Sobat kita telusuri salah tradisi unik dari Yogyakarta ini.
Tradisi ngapem yaitu salah satu tradisi turun temurun Keraton Yogyakakarta yang ada semenjak zaman Islam Jawa Kuno.
Tradisi ngapem ini secara khusus diadakan untuk memperingati hari raya kenaikan tahta Sri Sultan Hamengkubuwono X ( dalam bahasa Jawa : Tingalan Jumenengan Dalem ) yang memasuki tahun ke-23.
Biasanya tradisi ini diadakan di bulan Ruwah, salah satu bulan di penanggalan Jawa dan diadakan setahun sekali.
Kue apem ini hanya dibentuk oleh wanita, baik istri Raja, anak dan keturunan raja, serta kerabat Keraton dengan alasan perempuan yaitu pelayanan dari pria. Nantinya, masakan ringan cantik ini hanya dibagikan kepada abdi dalem Keraton yang semenjak berlalu dan silam melayani Raja Yogyakarta dan keturunannya yang jumlahnya mencapai 2.500 orang.
Namun masakan ringan cantik apem yang dibentuk pada program Tradisi Ngapem ini berbeda dengan masakan ringan cantik apem pada umumnya. Pada program ini, ada dua jenis masakan ringan cantik apem yang dibagikan yaitu apem mustaka (diameter kurang ludang kecepeh 20 cm) untuk abdi dalem yang mempunyai posisi tinggi, dan apem biasa ( diameter kurang ludang kecepeh 10 cm ) untuk abdi dalem biasa. Selain dibagikan, masakan ringan cantik apem juga dipakai sebagai sesajian upacara Labuhan ( untuk meminta ampunan).
Tradisi Ngapem yang pada tahun 2017 ini jatuh pada bulan April lalu, merupakan tradisi ke 28.
Pada peringatan tahun ini, tradisi ngapem atau apeman dilaksanakan mulai hari ahad tanggal 23 April 2017, dengan kegiatan "Yaksa Peksi Burak". Hal ini menggambarkan perjalanan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW dengan memakai buroq yang digambarkan sebagai burung yang dibentuk replika dari daun ibarat halnya kembar mayang
Pada keesokan harinya, dilanjutkan dengan program "Ngebluk Jladren". Yaitu pembuatan campuran apem.
Kemudian program selanjutnya yaitu program puncak berupa Sugengan Tinggalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X di Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta.
Demikian Sobat Tradisi, sekilas warta mengenai tradisi Ngapem dari Keraton Yogyakarta.
Salah satu tradisi yang dilakukan secara turun menurun yang hingga dikala ini masih dipertahankan yaitu Tradisi Ngapem. Namun Tradisi Ngapem atau tradisi apeman ini tidak dilakukan oleh masyarakat biasa, melainkan oleh keluarga Keraton Yogyakarta.
Nah, ingin tau bukan Sobat? Seperti apakah Tradisi Ngapem ini? mari Sobat kita telusuri salah tradisi unik dari Yogyakarta ini.
Tradisi Ngapem Keraton Yogyakarta
Tradisi ngapem yaitu salah satu tradisi turun temurun Keraton Yogyakakarta yang ada semenjak zaman Islam Jawa Kuno.
Tradisi ngapem ini secara khusus diadakan untuk memperingati hari raya kenaikan tahta Sri Sultan Hamengkubuwono X ( dalam bahasa Jawa : Tingalan Jumenengan Dalem ) yang memasuki tahun ke-23.
Biasanya tradisi ini diadakan di bulan Ruwah, salah satu bulan di penanggalan Jawa dan diadakan setahun sekali.
Kue apem ini hanya dibentuk oleh wanita, baik istri Raja, anak dan keturunan raja, serta kerabat Keraton dengan alasan perempuan yaitu pelayanan dari pria. Nantinya, masakan ringan cantik ini hanya dibagikan kepada abdi dalem Keraton yang semenjak berlalu dan silam melayani Raja Yogyakarta dan keturunannya yang jumlahnya mencapai 2.500 orang.
Namun masakan ringan cantik apem yang dibentuk pada program Tradisi Ngapem ini berbeda dengan masakan ringan cantik apem pada umumnya. Pada program ini, ada dua jenis masakan ringan cantik apem yang dibagikan yaitu apem mustaka (diameter kurang ludang kecepeh 20 cm) untuk abdi dalem yang mempunyai posisi tinggi, dan apem biasa ( diameter kurang ludang kecepeh 10 cm ) untuk abdi dalem biasa. Selain dibagikan, masakan ringan cantik apem juga dipakai sebagai sesajian upacara Labuhan ( untuk meminta ampunan).
@aktual.com |
Pada peringatan tahun ini, tradisi ngapem atau apeman dilaksanakan mulai hari ahad tanggal 23 April 2017, dengan kegiatan "Yaksa Peksi Burak". Hal ini menggambarkan perjalanan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW dengan memakai buroq yang digambarkan sebagai burung yang dibentuk replika dari daun ibarat halnya kembar mayang
Pada keesokan harinya, dilanjutkan dengan program "Ngebluk Jladren". Yaitu pembuatan campuran apem.
Kemudian program selanjutnya yaitu program puncak berupa Sugengan Tinggalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X di Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta.
Demikian Sobat Tradisi, sekilas warta mengenai tradisi Ngapem dari Keraton Yogyakarta.
Advertisement